Subscribe:

Ads 468x60px

Translate

buaya untuk blogger

Selasa, 04 September 2012

PECINTA RASULULLAH SAW.COM

Your RSS feed from RSSFWD.com. Update your RSS subscription
RSSFWD

PECINTA RASULULLAH SAW.COM

<center>Blog tempat berbagi ilmu demi kelestarian aswaja di NKRI</center>

Selamatkan Kitab Madzab Syafi'i dari Pembakaran Wahabi
Tuesday, September 04, 2012 11:15 AM
KH A. MUHAIMIN BIN ABDUL AZIZ LASEM

Adalah A. Muhaimin, lahir di Lasem Kab. Rembang Jawa Tengah pada 1890 M dari ayah Kiai Abdul Aziz dan ibu Mukminah binti Mahali. Ia adalah menantu Kiai Chasbullah, ayah KH Wahab Chasbullah. Setelah isteri pertamanya wafat, ia diambil menantu oleh Hadratusysyaikh Hasyim Asy'ari  Tebuireng, dinikahkan dengan putrinya, Nyai Khoiriyyah Hasyim.

Kiai Muhaimin memulai pendidikan dini agama dengan ayahnya, Kiai Abdul Aziz. Kemudian masa remaja belajar ke Kiai Umar Pondok Pesantren Sarang bersama kedua adiknya antara lain Suyuthi. Ia kemudian Kiai Muhaimin melanjutkan belajar ke Kiai Chasbullah Tambakberas Jombang sambil mengajar. Akhirnya ia diambil menantu oleh Kiai Chasbullah, dan kehadirannya pun mewarnai proses belajar mengajar di pesantren tersebut, menjadi sangat ramai dibanjiri santri, memberi berkah tersendiri.

Berita ramainya Pondok Pesantren Tambakberas membuat Kiai Hasyim Asy'ari terkesan, kemudian meniru mengambil menantu dari pantai utara untuk putrinya Khairiyyah dinikahkan dengan Kiai Maksum bin Ali, keluarga Pesantren Maskumambang, Desa Dukun Kab. Gresik, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Kiai Maksum Ali, Kwaron, pengarang Kitab Shorof Al-Amtsilatut Tashrifiyyah yang menjadi buku pegangan wajib di sebagian besar pondok pesantren, diterbitkan pertama kali di Timur Tengah. Kiai Maksum adalah kakak kandung Kiai Adlan Ali Cukir Jombang di tahun 80an Rois 'Am Jam'iyyah Ahlith Thoriqah Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyyah.

Tahun 1923  istri Kiai Muhaimin, kakak kandung dari KH Wahab Chasbullah wafat, tidak dikaruniai keturunan. Kemudian Kiai Muhaimin langsung mukim di Makkah. Pertama kali menginjakkan Makkah sudah dikenal alim. Sempat belajar memperdalam lagi kepada adik Kiai Ahmad Dahlan Yogyakarta. Di saat bersamaan Kiai Maksum suami Nyai Khairiyyah wafat. Dikarunia keturunan antara lain Nyai Abidah suami Kiai Mahfud Ahli Falakiyah berputra antara lain H.Hakim, lainnya Nyai Jamilah berputra antara lain Dr. Umar Faruq.

Menikah dengan Nyai Khairiyah

Hubungan ta'aruf Kiai Muhaimin-Nyai Khairiyyah dimulai dari kegiatan surat menyurat. Saat itu usia Nyai Khairiyyah 17 tahun setelah ditinggal wafat Kiai Ma'shum Kwaron suami pertama. Kiai Muhaimin dari Makkah berkirim surat isinya menanyakan kesediaan Nyai Khairiyyah menjadi istrinya. Saking bingungnya tidak terasa membaca surat itu sambil berjalan dari Tebuireng sampai Kantor Kecamatan Diwek. Kemudian dijawab Nyai Khairiyyah, menanyakan keberadaan istri pertama Kiai Muhaimin. Langsung dijawab dengan mengirim surat keterangan kematian istrinya. Tidak beberapa lama Kiai Muhaimin mengutus Kiai Bishri Syansuri menyatakan keinginannya kepada KH Hasyim Asy'ari. Lalu memanggil Nyai Khairiyyah, menjadi heran kok sudah saling kenal. Kemudian Kiai Bishri sambil tersenyum-senyum menerangkan bahwa keduanya sebelumnya sudah surat-suratan.

Kiai Hasyim Asy'ari kemudian bersikukuh agar anaknya  menikah dengan Kiai Muhaimin. Untuk maksud itu Oktober 1928 Kiai Hasyim Asy'ari, Kiai Wahab Hasbullah, dan Kiai Bishri Syansuri ke Sarang, Kab.Rembang. Selanjutnya pihak keluarga mengutus Kiai Ahmad bin Syueb Sarang (seusia Kiai Muhaimin) agar mengikuti  musyawarah dan memutuskan syarat Nyai Khairiyyah untuk menikah dengan Kiai Muhaimin harus dibawa ke Makkah. Aqdun Nikah dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Wahdah Lasem yang diasuh Kiai Baidlowi bertindak mewakili keluarga, karena Kiai Abdul Aziz sudah wafat. Kiai Bishri Syansuri mewakili Kiai Muhaimin. Akhirnya resmilah Nyai Khairiyyah menjadi istri Kiai Muhaimin diantar ke Mekkah oleh adiknya, Kiai Abdul Karim Hasyim. Adapun putrinya, Abidah 13 tahun dan Jamilah 8 tahun tidak ikut ke Makkah, namun Ikut kakeknya, KH Hasyim Asy'ari di bawah asuhan beliau di Tebuireng.

Dalam kehidupan rumah tangga, Kiai Muhaimin memberikan Nyai Khairiyyah keleluasaan uang belanja kebutuhan sehari-hari, karena memahami harga sembako sewaktu-waktu bisa berubah. Hal ini sangat melegakan hatinya, seperti pernah diceritakan kepada ponakannya, Pak Muhsin. Bahkan Kiai Muhaimin menyediakan uang  dalam lemari. Apabila kurang, ia mempersilahkan istrinya mengambil uang di lemari satunya lagi.

Selamatkan Kitab Madzhab Syafi'i

Kiai Muhaimin tercatat salah seorang pengajar di Masjidil Haram. Menunjukkan otoritas keilmuannya diakui. Dia antara muridnya, Kiai Umar Blora, Makkah.

Di Makkah Kiai Muhaimin pernah memimpin Darul Ulum, pusat dakwah dan pendidikan (madrasah atau jam'iah) berhaluan Ahlus Sunnah Wal Jamaah sebagai Rois Jam'iyyah. Termasuk pengajar atau guru besarnya antara lain Sayid Ali Al-Maliki Mufti Makkah. Pada mulanya Madrasah Darul Ulum didirikan oleh Sayid Muchsin Musana Palembang pada tahun 1927. Sepeninggal Kiai Muhaimin, Mudir Darul Ulum dipimpin oleh Syaikh Yasin Al-Padani, seorang ulama besar Makkah yang terutama sejak tahun 80'an sampai akhir hidupnya amat terkenal dan disegani menjadi rujukan hukum dan sumber restu ulama NU di Indonesia.  Untuk membedakan 2 nama Yasin, Kiai Muhaimin memberi nama 1. Syaikh Yasin (Al Padani), 2. Ustadz Yasin (Palembang). Dalam riwayat yang masyhur, memang guru Syaikh Yasin Al Padani antara lain :1. Kiai Ma'shoem Lasem, 2. Kiai Baidlowi Lasem.

Di antara murid di Madrasah Darul Ulum Makkah masa dipimpin Syaikh Yasin adalah Syaikh Mur'i, kini Mudir Universitas Darul Ulum, Hudaidah, Yaman. Yang banyak memberi beasiswa mahasiswa asal Indonesia.

Lulusan Darul Ulum Makkah yang diasuh Kiai Muhaimin banyak yang menjadi ulama besar. Tersebar di Makkah, Indonesia dan Yaman yang memerlukan keuletan melacaknya, karena mereka berdomisili di berbagai  Negara. Termasuk Kiai Basyuni ayah mantan Menteri Agama RI dan Kiai Dahlan Makkah asal Kediri. KH.Maimun Zubair Pengasuh Pesantren Al Anwar Sarang mengaku alumni Darul Ulum waktu belajar di Makkah, masuk tahun 1950, disampaikan saat ceramah walimah pernikahan di rumah KH.A.Rozzaq Imam Bonang Lasem besanan dengan Kiai Siraj Makkah. Menjadi menantu Kiai Baidlowi dari Nyai Fahimah putrinya, dikaruniai anak antara lain Gus Ubab dan Gus Najih. Ayahnya, Kiai Zubair lahir tahun 1885. Leluhurnya Buju' Su'ud Desa Klampis Arosbaya Bangkalan Madura. Bukan yang Bindere Su'ud di Sumenep.

Sayang dalam perjalanannya kemudian Darul Ulum yang didirikan dengan susah payah penuh suka duka oleh Kiai Muhaimin dan dilanjutkan oleh Syaikh Yasin Al-Padani, kelahiran tahun 1335 Hijriah, setelah kepemimpinan mereka mungkin karena pengelolaannya kurang terurus, menjadi tidak berkembang dan maju, sehingga diambil alih oleh Pemerintah Saudi Arabia dari Dinasti Su'udiyyah yang beraliran Wahabi, termasuk mengambil alih perpustakaannya yang memiliki banyak koleksi kitab-kitab penting. Darul Ulum pun turun drastis kompetensi keilmuannya, mengikuti persamaan tingkat dasar. Berubah menjadi sekolah umum (kurikulum nasional), mulai dari  tingkat MTs sampai jenjang berikutnya. Seperti halnya Ash-Sholatiyyah meski tetap dipegang swasta. Begitu juga Al-Falah, namun dikelola masyarakat Arab di Makkah.


Menurut Syaikh Shodiq bin Muhammad bin Hasan Asy'ari ahli sejarah murid Syaikh Yasin Al-Padani seperti juga Kiai Hasan Iraqi Sampang saat hidup Kiai Muhaimin masih berusia 9 tahunan, Kiai Muhaimin salah satu ulama besar Makkah asal Jawa terkenal alim. Menurut Kiai Maimun Zuber, sebagai contoh barometer kefaqihan Kiai Muhaimin adalah kemampuannya mendirikan dan memimpin Raudlatul Munadzirin, suatu lembaga bahtsul masail satu-satunya yang paling prestisius di kalangan ulama Makkah, pesertanya terutama diikuti semua ulama asal Asia Tenggara seperti Indonesia, Campa, Patani, Mindanao dan Malaya. Diantara anggotanya, Kiai Zubair, ayah KH.Maemun Zubair. Keputusan bahtsul masail Raudlatul Munadzirin memiliki bobot inlektualitas keagamaan yang tidak diragukan.

Kumpulan keputusan bahtsul masail Raudlatul Munadzirin yang telah ditashih oleh Kiai Muhaimin selaku Pimpinan Darul Ulum menjadi ensiklopedi hukum ijma' yang tidak ternilai. Seperti yang pernah disampaikan oleh seorang narasumber dalam sebuah halaqah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin, Leteh, Rembang, pimpinan KH Musthofa Bishri atau Gus Mus.

Namun sangat disayangkan, koleksi kitab karya Kiai Muhaimin selama hidupnya memimpin Darul Ulum termasuk Raudlatul Munadzirin, hingga sekarang belum ditemukan. Di Makkah, Kiai Muhaimin pernah menulis risalah tentang bedug dan kentongan menurutnya perlu dipertahankan. Sayyid Ali Mufti Makkah saat itu awalnya sempat marah membaca sekilas risalah tersebut, karena menganggapnya bid'ah. Risalah tersebut berdasarkan sumber Al-Quran, Al-Hadits dan Kaidah Ushul Fiqh yangh jelas. Kiai Muhaimin juga menguraikan latar belakang filsafat Jawa, bahwa bedug ditabuh di masjid berbunyi deng..deng pertanda ruangan masjid masih cukup untuk sholat berjamaah, kentongan dipukul di musholla berbunyi tong..tong.memberi isyarat musholla masih kosong menunggu jamaah datang.

Pendapatnya berbeda dengan KH.Hasyim Asy'ari. Namun selama penulis 5 (lima) tahun sekolah  di Pesantren Tebuireng menyaksikan sendiri masjid lama Tebuireng menggunakan bedug. KH.Hasyim Asy'ari adalah ulama yang sangat terkenal kealimannya. Terutama ahli hadits. Peletak dasar aswaja di tubuh NU dengan mengarang Kitab Qanun Asasi. Kealimannya salah satunya dapat dilihat dalam polemik fiqh seringkali menyampaikan pendapatnya berimprovisasi dalam bentuk syair atau perlambang  dalam bahasa arab secara isti'jal atau spontan. Sehingga konfliknya tidak diketahui/ difahami masyarakat awam. Sayang Kitab Diwan Hasyim Asy'ari berupa kumpulan syi'irnya itu sampai sekarang dicari belum ditemukan. Keindahan dan kemampuan  mengungkapkan pendapatnya  jarang dimiliki ulama lainnya. Mengingatkan kita dengan Diwan Asy-Syafi'I dan Diwan Ali, walaupun yang menulisnya bukan  Sayyidina Ali RA sendiri.

Kiai Muhaimin banyak menyelamatkan kitab madzhab Imam Syafii. Di tengah gencarnya Pemerintah Saudi Arabia menarik peredaran kitab yang dianggap menyimpang dari ajaran Wahabi kemudian membakarnya. Di antara  kitab Kiai Muhaimin tertera tandatangannya menjad koleksi Perpustakaan Tebuireng. Menurut H Ishaq bin Kiai Masykuri, ayahnya santri Kiai Muhaimin saat boyong dari Makkah naik kapal laut  membopong kitab sebagian koleksi Darul Ulum.  Sampai di rumahnya di Lasem ditumpuk, banyaknya sampai penuh di beberapa lemari besar. Kondisi kitabnya bolong-bolong, sekarang kitabnya sudah tidak ada. Dahulu yang telaten sempat meneliti adalah KH.A.Hamid Baidlowi. Menurut Kiai Maimun Zuber, kitab-kitabnya dimakan lenget, kutu buku.

Jasa Kiai Muhaimin dalam sejarah yang tidak bisa dipungkiri adalah perannya di Raudlatul Munadzirin Makkah menghasilkan kader ulama unggulan yang menguasai referensi  karya keagamaan klasik yang mampu menjawab dan memformulasikan persoalan-persoalan ummat dalam proses pengambilan hukum Islam. Telah  mewarisi tradisi keilmuan bahtsul masail. Kegiatan keilmuan menjadi hidup atau kondusif. Kegiatan diskusi ilmiah tersebut juga terkenal di Indonesia, memberi sumber inspirasi. Gemanya meluas, di lingkungan pondok pesantren dan NU. Sehingga menjamur, berdiri bahtsul masail-bahtsul masail. Tsamrotur Raudlah, hasil2 Keputusan Raudhatul Munadzirin (Taman Cendikiawan) pernah diterbitkan dan didapatkan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri dan Majma' Buhuts Nahdhiyyah, Jateng. 
Kitab Tsamrotur Raudlatusy Syahiyah memuat kumpulan jawaban permasalahan penting fiqh Madzhab Syafi'I dari pelajar Indonesia selama muqim di Makkatul Mukarromah antara lain Masykuri Lasem, Jarir bin Ismail Karang Anyar, Wazir bin Umar Bojonegoro, Abdul Jalil bin Abdul Hamid Juwana, Umar bin Abdurrahman Demak, Dahlan bin Kholil Jombang, Alawi bin Abdullah Demak, Muslih Afindi bin Dahlan Kudus, Abu Syuja' bin Munawar Kediri, Mushtofa bin Nur Salim Rembang  di bawah naungan Raudlatul Munadzirin dengan ta'ayyid dan tasyji' oleh Asysyaikh Al Alim Al Allamah Al Ustadz Abdul Muhaimin bin Abdul Aziz Lasem.  

Ulama Makkah yang hidup masa itu antara lain Syaikh Adnan, Syaikh Muhammad Bakir, Syaikh Mukhsin Almusawa, Syaikh Umar Hamdan, Syaikh Ali Almaliki, dan Syaikh Mukhtar Ath-Thoriq.

Menurut KH Maemun Zubair, andaikan tidak ada Kiai Muhaimin NU tidak akan sekuat itu, karena Makkah merupakan pusat Islam Dunia termasuk NU masa itu. Pasca diterimanya (success story) usul Komite Hijaz oleh Pemerintah baru Saudi Arabia agar memberikan kebebasan mengamalkan Madzaahibul Arba'ah bagi muqimin Makkah, maka kiprah Kiai Muhaimin dan komunitas Indonesia di Makkah membuktikan (secara life) ajaran Ahlussunnah wal Jamaah berdasarkan Madzahibul Arba'ah yang diusung Komite Hijaz cikal bakal NU begitu dinamis, aktif dan moderat. 

Bahkan peranan istrinya, Nyai Khairiyyah (Syekh Sodiq menyebutnya Syaikh Khairiyah) ikut mengantar fase awal berdirinya Daulah Su'udiyyah dalam bentuk model praktis serta visi misi emansipasi penddidikan wanita Arab. Dengan mendirikan Madrasah Banat yang pertama di Makkah tahun 1942. Menurut H.Aboebakar dalam bukunya, Nyai Khairiyyah selama 9 tahun mendirikan dan mengajar di Madrasah Wanita termasyhur di Syamiyyah, Makkah. Kiai Muhaimin membantu Nyai Khairiyyah Hasyim, istrinya,  mendirikan Madrasah Kuttabul Banat. Sejarah mencatat, madrasah khusus wanita yang  pertama di Makkah.  Gerakan keduanya yang visioner terobosan besar bagi kemajuan pendidikan. Telah memperjuangkan emansipasi wanita di bidang pendidikan. Jiwa kepeloporan yang teramat langka dan tidak lazim pada zaman itu.

Kontribusi yang besar  tersebut tentu menggembirakan pemerintah dan warga Saudi Arabia atas jasa-jasanya itu. Semoga hubungan sejarah tersebut dapat membantu mempererat hubungan Indonesia-Saudi Arabia.

Beberapa Madrasah Banat kemudian bermunculan di Makkah, antara lain Jam'iyah Khoiriyah University khusus wanita didirikan oleh Hj.Aminah Syaikh Yasin Al Padani. Bahkan juga di Makkah  terdapat lembaga PKK dengan nama Jam'iyyatul Khoiriyah yang menurut sumber informasi dinisbatkan kepada Nyai Khairiyah, sekarang yang menangani puteri dari Bin Abdul Aziz Malik Faishal keluarga Kerajaan Saudi Arabia yang dikenal gigih memperjuangkan  emansipasi wanita yang dirintis Nyai Khairiyah.

Peninggalan Kiai Muhaimin dan Nyai Khairiyyah berupa Madrasah Darul Ulum termasuk di dalamnya terdapat qismul banat yang kemudian menjadi  Madrasah Kuttabul Banat  sampai tahun 1955 kemudian beralih status menjadi madrasah negeri atau dikelola oleh negara (Pemerintah Saudi Arabia) hingga sekarang. 

Kiai Muhaimin di samping alim, mengkader, di Makkah juga suka menolong orang lain. Sebagai tokoh yang dituakan, banyak membantu biaya hidup santri asal Indonesia yang sebagian besar serba berkekurangan, hidup pada masa penjajahan. Antara lain yang banyak dibantu, Kiai Wahib Wahab Jombang, Kiai Zaini bin Abdullah kakak kandung Kiai Hamid Pasuruan dan Kiai Bishri Musthofa, setelah kembali ke Rembang berhasil menjadi ulama besar dan produktif mengarang kitab. 


Abdullah Hamid
Alumni Pondok Pesantren Tebuireng 1987, kini Kepala Perpustakaan dan Publikasi Masjid Jami' Lasem.

Sumber: http://goo.gl/svCXi


NU dan NKRI Dalam Bahaya
Tuesday, September 04, 2012 11:06 AM


Pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang direbut melalui, berbagai perjuangan; pemberontakan, peperangan grilya, peperangan terbuka dan diplomasi yang dilakukan oleh para pendiri negara kita terdahulu (pahlawan bangsa), tidak dimaksudkan untuk membuat Khilafah Islamiyah. Mereka sadar betul baik dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), Muhamadiyah, Persis, Nasionalis dan kelompok lainnya yang ikut berjuang, merebut kemerdekaan, mereka berjuang hanya untuk satu tujuan, yaitu Kemerdekaan Indonesia.

Sejarah panjang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, telah banyak mengorbankan ratusan ribu jiwa, mereka berjuang tanpa pamrih, tanpa embel-embel ingin jadi presiden atau mentri, bahkan tidak terpikirkan untuk jadi bupati sekalipun. Perjuangan mereka semata ditujukan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan yang kejam dan tidak berprikemanusiaan.

Ketulusan perjuangan para pahlawan bangsa dalam merebut kemerdekaan, teruang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan peri keadilan.

Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan Rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Esa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ke Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Ini adalah bentuk komitmen yang telah dibuat dan dicetuskan oleh para pendiri bangsa ini. Komitmen ini tidak boleh dikhianati oleh siapapun, kapanpu dan dimanapun. termasuk oleh kelompok orang yang mengatas namakan agama, yang ingin membuat Negara Islam Indonesia (NII), dengan jargon Saatnya Khilafah Islamiyah memimpin dunia.

Pantaskan orang yang tidak pernah berjuang, mengangkat senjata, memerdekakan Indonesia, kemudian ingin mengubah NKRI menjadi Khilafah Islamiyah ???

Munculnya gerakan Islam radikal yang dipengaruhi oleh idiologi Wahabi begitu keras menggelinding terutama pasca reformasi. Ideologi transnasional, telah menyeret Ideologi Pancasila sehingga Idiologi Pancasila terancam kehilangan tajinya, akibatnya NKRI pun hendak diganti Khilafah Islamiyah.

Akankah kita membiarkan NKRI dan Idiologi Pancasila diporak porandakan oleh segelintir orang yang Ambisius,  haus kekuasaan, melakukan politisasi agama, menghalalkan segala cara, mengatasnamakan Islam padahal merusak citra Islam, meledakan bom tanpa berprikemanusiaa dengan mengatas namakan Jihad fi sabililah ???

Keperihatinan ini telah mengusik lubuk hati yang paling dalam kalangan Nahdiyyin. Dalam wasiatnya menjelang berpulangnya ke rahmatullah KH Yusuf Hasim, putera Hadratus Syaikh Hasyim Hasyim Asy'ari pendiri NU mengatakan: " Kita harus dapat memotong laju gerakan ideologi kekerasan dari Timur Tengah dan liberalisme Barat. Karena ked.duanya sama-sama akan merusak NU dan NKRI". Sebab, lanjut KH. Yusuf Hasyim, masuknya ideologi transnasional ke Indonesia dapat merusak tatanan NU dan Indonesia. Pemerintah harus menggunakan Pancasila sebagai ideologi yang membatasi masuknya ideologi transnasional. Sedangkan NU harus terus memperkuat pemahaman Aswaja-nya ke seluruh struktur dan kultur di bawah NU.

Mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Idiologi Pancasila, tidak mungkin hanya diserahkan kepada pemerintah saja. Oleh sebab itu, dibutuhkan partisipasi aktiv kita semua.

Sudah saatnya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia, bangkit, bahu membahu, membentengi kedaulatan bangsa, dengan cara mengeliminir pengaruh ideologi kekerasan dari Timur Tengah dan liberalisme Barat.

NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia perlu segera mengambil bagian untuk mempertahankan dan membentengi NKRI dan Idiologi Pancasila.

Ketua Umum PBNU, Drs. A. Hasyim Muzadi mengisaratkan, bahwa posisi NKRI dan NU sekarang berada dalam "kepungan" ideologi transnasional: radikalisme Timur-Tengah; liberalisme Barat. Menurut beliau radikalisme Timur Tengah dan liberalisme Barat sama-sama berpotensi merusak NU dan NKRI."

Senada dengan Kiai Hasyim, Ketua PBNU, KH. Masdar Farid Mas'udi menegaskan bahwa NahdIatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, kini sedang dalam posisi bahaya. Apa sebab, karena ada pihak-pihak yang memprovokasi dan mengadu-domba para tokoh NU dengan tujuan menciptakan konflik horisontal antar-warga NU. Basis-basis NU: masjid, pesantren, majelis ta'lim hingga. pengajian rutin dikampung -kampung diprovokasi agar berganti "baju", dari paham ahiussunnah wal jama'ah (Aswaja) ke paham Wahabi atau lainnya.

Kami ingatkan agar warga NU waspada terhadap kelompok tertentu yang hendak mengadu-domba sesama kiai panutan nahdliyin, yang begitu beresiko menimbulkan konflik horisontal yang sangat keras di lapisan bawah," papar Masdar kepada Risalah NU".

Warning ini mengindikasikan betapa bahayanya pengaruh ideologi transnasional: radikalisme Timur-Tengah; dan liberalisme Barat, terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.  Mereka sangat menguasai medan dan peta kekuatan politik Indonesia, sehingga sasaran utama yang mereka bidik adalah NU, sebab NU merupakan Organisasi Islam terbesar di Indonesia, dengan asumsi apabila NU bisa dilumpuhkan, maka secara otomatis, mereka leluasa untuk mengganti Idiologi Negara Pancasila dengan Idiologi Wahabi.

Menanggapi bahaya Ideologi transnasion Dr. M. Said. Aqil. Siroj, mengatakan; ideologi transnasional dapat merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi transnasion, akan menggeret agama masuk dalam pusaran ketegangan benturan sosial, sehingga pada gilirannya, ia akan mereduksi substansi Islam sebagai agama cinta damai dan transendetal serta melepaskan dogmatisme agama. Sedangkan gerakan radikal akan menghilangkan peran agama sebagai rahmat. "Karena itulah, kedua ideologi ini tidak bermanfaat dan bahkan membahayakan NKRI," tegas Kiai Said doktor lulusan Umul al-Qura Makkah, Arab Saudi, Fakultas Ushuluddin dengan predikat Summa Comlaude ini.

Mengingat besarnya bahaya yang ditimbulkan oleh ideologi transnasional, Ketua Pengurus Pusat Lembaga Da'wah NahdIatul Ulama (PP LDNU) PBNU, KH. Nuril Huda meminta warga nahdliyin mewaspadai munculnya kelompok-kelompok yang membawa faham keagamaan baru yang marak belakangan ini. Karena, tak sedikit di antara mereka ini yang mengaku menganut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja), namun prakteknya sama sekali tak terkait dengan Aswaja NU, malah mengajak ke paham lain. Kelompok-kelompok tersebut mempunyai ciri gampang menuduh bid'ah (mengada ada), sesat, bahkan kufir terhadap warga nahdliyin. "Ada yang ngaku Jama'ah Salafiyah, namun prakteknya keluar dari apa yang diajarkan oleh ulama-ulama salaf. Ulama-ulama salaf itu kan sangat menghargai perbedaan madzhab dalam bidang ubudiyah. Tapi golongan ini tidak mengakui (perbedaan madzhab) itu, sehingga mudah sekali mem-bid'ah-kan bahkan mengkafirkan orang lain," jelas Kiai Nuril.

Karena itu, lanjut Kiai Nuril; segenap komponen NU harus melakukan peneguhan kembali terhadap pemahaman dan implementasi faham Aswaja di masyarakat. Upaya tersebut untuk membentengi warga NU dari rong-rongan kelompok-kelompok yang mengusik kelestarian pemikiran dan budaya yang dikembangkan NU lewat ajaran Aswaja.

Kiai Nuril mengungkapkan, kelompok-kelompok yang mengaku berpaham Aswaja yang kini bergentayangan di mana-mana itu tak. hanya berupaya mengganti tradisi keagamaan nahdliyin. Lebih dari itu, mereka kini juga merebut masjid-masjid NU dengan mengambil alih kepengurusan takmirnya dengan dalih karena NU syarat dengan ajaran bid'ah.

Direktur P3M Jakarta ini juga mengatakan, dengan modal pendanaan yang besar, mereka mempunyai misi besar memberangus tradisi-tradisi keagamaan NU yang mereka tuduh menyimpang dari ajaran nabi Muhammad SAW. Tujuan akhimya, mereka ingin membersihkan NU dari keseluruhan tradisi-tradisi peribadatan dan keagamaannya,"

Karena itu, ia meminta kepada semua warga dan tokoh NU untu bersatu padu dengan menjaga persaudaraan dan kekompakan antar sesama. Hanya dengan itu, geraka .kelompok-kelompok yang ingi menghancurkan NU dan NKRI dapat dibendun. Beliau "Mendesak kepada segenap warga nahdiyin dan segenap pimpinan di semua lapisan untuk mempererat tali silaturrahmi yang tulus, dan bebas dari kalkulasi politik sesaat,"

la juga meminta kepada warga dan tokoh NU untuk membentengi masjid-masjid yang selama ini digunakan sebagai pusat beribadah dari "serangan" kelompok-kelompok yang ingi menghancurkan NU dan NKRI secara sistemik. "Saya minta kepada warga NU dan tokoh NU membentengi mesjid-mesjid Nahdiyin. dengan menjadikannya sebagai pusat pemberdayaan umat dan bangsa, " katanya.

Kiai Hasyim Mudzadi lebih lanjut mengatakan: WargaNU, sudah selayaknya menolak ideology transnasional baik yang radikal dari Timur Tengah maupun yang liberal dari Barat. Justru itulah pihaknya sepakat dengan Pak Ud agar NU menolak paham . ideologi transnasional. "Kami berkeliling ke Barat dan Timur Tengah untuk mengampanyekan NU sebagai ideologi alternatif. Kami dari NU, adalah pemimpin Islam pertama di dunia yang datang ke "ground zero" di New York AS (lokasi pengeboman WTC pada 9-112001) untuk menolak "kekerasan" dari Islam ideologis.

Demikian juga kami datang ke Irak, Iran, dan Palestina untuk menolak kekerasan" dari liberalisme ala Barat," tegas Presiden World Conference on Relegions and Peace (WCRP) ini. Menurut Kiai Hasyim, pihaknya datang ke Timur Tengah dan melihat, temyata Irak, Iran, dan Palestina menjadi korban ideologi liberalisme Barat, mereka diibaratkan sebagai binatang aduan seperti jangkrik. Mereka diadu domba intelejen asing, agar penjajah dapat kemenangan secara gratis. NU datang ke sana dengan misi membuat perdamaian dan mendorong agar mereka bersatu. Kami mengampanyekan kepada mereka Islam ala NU kepada dunia bahwa NU melihat Islam adalah agama, bukan ideologi, karena itu. apa yang terjadi di Timur Tengah selama ini bukan Islam sebagai agama, tapi sebagai ideologi Islam.

Agar warga NU terlindung dan dapat membentengi diri dari serangan dan rongrongan paham di luar Aswaja, lanjut Kiai Hasyim, maka perlu terus menerus mengkaji fikroh Nahdliyah agar menjadi matang, yang selanjutnya menjadi pedoman warga nahdliyin.




Tantangan NU sekarang ini begitu nyata, di antaranya adalah faktor regenerasi. NU kini telah melewati tiga generasi, dan ada indikasi mengalami penurunan perhatian pada masalah yang idealis. Kenyataan inilah yang mengakibatkan ketidak pedulian dan ketidak tahuan generasi uda terhadap NU. Faktor berikutnya adalah semangat kebebasan atau liberalisasi pemikiran. Menurutnya, faktor tersebut berperan besar dalam- melahirkan kelompok-kelompok. tertentu yang sekaligus menjadi tantangan bagi NU. Di antaranya, kelompok radikal keagarnaan  (tasyaddud fiddien),  baik pemikiran  (tatorruf fiqri)  maupun  tindakan. (tatorruf haroki).

Ini sebagian besar dipicu oleh masuknya pemikiran internasionalisme Islam (persatuan umat Islam yang berada di bawah satu kepemimpinan tunggal) yang umumnya berasal dari Timur Tengah. Tujuannya untuk menerapkan syariat Islam di Indonesia sesuai dengan negara yang ia datangi," papar Kiai Hasyim.

Kelompok tersebut, kata Kiai Hasyim, memiliki ciri tidak menghormati perbedaan kondisi kenegaraan dan sosial politik serta keragaman budaya setempat. Mereka hanya mengambil alih atau menerapkan ulang suatu metodologi atau paham tanpa menghargai kebudayaan setempat.

Masdar menambahkan, ciri-ciri mereka ini, kerap menuduh NU sebagai organisasi sesat dan menyimpang. Mereka menilai NU, penuh dengan tahayyul, bid'ah dan khurafat. Hanya kelompoknya sendiri yang dianggap paling benar dalam beragama.

Kelompok ini begitu sistemik bergerak, baik di perkotaan maupun pedesaan. "Mereka ini sangat terorganisir gerakannya dan semakin gencar menggerogoti basis-basis NU melalui penyerobotan masjid-masjid nahdliyin secara sistematis. Bukan hanya di perkotaan, tapi juga di desa-desa,"

Wujud dari pada internasionalisme Islam itu ada beberapa hal, Pertama, yang bernuansa Wahabiyah (penganut paham Wahabi). Ini meliputi flkriyah (pemikiran) dan harokiyah (gerakan). Kedua, gerakan politik yang tidak seimbang dengan agama tetapi menggunakan tema agama, ketiga adalah lemahnya gerakan tawassuth (moderasi). Mereka menganggap tawassuth dan I'tidal (konsistensi) adalah tawakkuf (jumud) sehingga memunculkan radikalisme, reaktif, bukan konsepetual. Di sisi lain, liberalisasi pemikiran dalam agama menggunakan ukuran-ukuran Barat, sehingga posisi-posisi fikih diganti masolihul mursalah (kaidah mengenai kemaslahatan) yang tanpa manhaj (metode), maka lahirlah  hermeneutika  (penafsiran) dengan ukuran-ukuran ammah (masyarakat) yang tidak seimbang antara pemikiran dengan maslahah (kesejahteraan) hidup,"

Semua hal itu secara sistematis merupakan geraka yang mendunia. Namun, para penganutnya di Indonesia dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu mereka yang memang merupakan bagian dari gerakan glabal, tetapi ada juga yang sekedar ikut-ikutan karena khawatir kalau dianggap tidak maju. Sebaliknya yang terjadi adalah terIalu maju. Aliran tersebut tidak kecil pengaruhnya, karena langsun mengancam pemikiran, termasu budaya. Mereka secara. perlahan tapi pasti akan menggantikan hampir seluruh norma agama. "Ambil contoh, sekarang ini orang sudah tidak lagi berpikir bersinggungan dengan lain jenis dalam keadaan berdesak-desaka batal atau tidak, dan tak lagi berpikir bersalaman itu mukhtalaf (masih diperdebatkan) atau tida karena sudah lebih dari itu. Dan ini sebenarnya bukan saja disebabkan liberalisa pemikiran, tetapi juga liberalisasi budaya tegasnya. Saat ini upaya mengontrol terhadap pikira sudah tidak bisa dilakukan dengan alasan bahwa pikiran adalah sesuatu yang tidak bisa dikontrol dan diatur perundangan sehingga pakemnya menjadi hilang. "Akhirnya Ahmadiyah yang ekstrim (zindik), yang setengah Mbah Suro (kebatinan) ini tumbuh subur di tengah tarik menarik antara tatorruf yamani (ekstrim kanan) yang tasyaddu (keras) dengan tatorruf yasari (ektri kiri) yang tasyahul (menyepelekan hukum)," jelas Kiai Hasyim. (RISALAH Edisi II Th I/Jumadil Tsaniyah 1428 H)

Salah satu upaya untuk menangkal dan menghambat laju berkembangnya gerakan tersebut, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Karawang, mencoba menerbitkan buku ini, yang berisikan "mewaspadai bahaya ideologi transnasional: radikalisme Timur-Tengah; dan liberalisme Barat, sebagai masukan kepada generasi muda NU khususnya dan masyarakat pada umumnya yang masih polos dan kurang memahami sejarah bangsa. Buku ini juga memuat, pentingnya mengenal, memahami dan mencintai NU sebagai sebuah kajian fikroh Nahdliyah seperti yang diamanatkan KH. Hasyim Mudzadi Pengurus Besar Nadlatul Ulama. Sebab hanya dengan Fikroh Nahdiyin yang mengedepankan Sikap tawasuth dan I'fidal, Sikap tatsamuh, Sikap tawazun, dan Amar ma'ruf nahi mungkar, nasib NKRI dan Idiologi Pancasila dapat diselamatkan.

(Buku: NU dan NKRI Dalam Bahaya, Oleh: Drs. H. Muhammad Sholihin)

Read more: http://www.sarkub.com/2012/nu-dan-nkri-dalam-bahaya/#ixzz25VvkHhuI



Terkini (2012) WAHABI JIHADY (QUTHBIYUN) : MEMBUNUHI ULAMA - ULAMA SUNNI MADZAB HANAFI DI DAGESTAN RUSIA
Tuesday, September 04, 2012 10:38 AM
Adakah Wahhabi Irhabi Khariji di sebalik pembunuhan ulama' di Rusia? Sejarah umat Islam boleh menjawabnya.
Ulama Rusia mati ditembak

BEBERAPA anggota polis memeriksa bangkai kereta yang membawa Ildus selepas ia hangus akibat letupan bom di Kazan, Rusia semalam.

MOSCOW - Seorang ulama wilayah Tatarstan, Rusia mati ditembak manakala seorang lagi ulama cedera dalam satu letupan bom kereta di Kazan, wilayah Tatarstan, kata beberapa penyiasat semalam.
Beberapa pemimpin tempatan menyatakan, kedua-dua serangan tersebut mempunyai kaitan dengan kritikan mereka terhadap golongan radikal Islam.
Jawatankuasa Siasatan Rusia memberitahu, Timbalan Mufti Tatarstan, Valiulla Yakupov ditembak mati ketika beliau meninggalkan rumahnya di Kazan semalam.
Menurut jawatankuasa itu, Ketua Mufti, Ildus Faizov cedera di kaki selepas bom pada keretanya meletup di pusat bandar tersebut.
Kedua-dua ulama berkenaan merupakan penentang pengikut fahaman Salafi atau Wahabi.
Jurucakap Jawatankuasa Siasatan, Vladimir Markin memberitahu beberapa agensi berita Rusia bahawa agensinya sedang menyiasat aktiviti kedua-dua ulama itu sebagai punca mereka diserang.
Berusia 49 tahun, Ildus menjadi Ketua Mufti Tatarstan pada tahun 2011 dan memulakan operasi membanteras golongan radikal Islam dengan memecat pendakwah Wahabi dan mengharamkan buku agama dari Arab Saudi.
Beliau turut dikritik media di Tatarstan kerana mengaut keuntungan daripada pakej mengerjakan haji anjurannya selain cuba mengawal sebuah masjid yang dikategori sebagai antara tertua dan terbesar di Kazan. - AP
Sumber: Kosmo
--------------------------
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh; Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam; Selawat dan Salam ke atas Rasulullah SAW, Rahmat ke seluruh alam; Juga kepada ahli keluarga baginda dan para sahabat r.a. yang telah bertebaran di merata alam;
1. Merujuk berita di atas. Al-Fatihah kepada Timbalan Mufti Tatarstan, Valiulla Yakupov. (Gambar di bawah) . Semoga Allah merahmati beliau dan menempatkan beliau di kalangan orang-orang soleh. Amin.
2. Dan semoga Allah menyembuhkan Ketua Mufti Tatarstan, Ildus Faizov (Gambar di bawah). Berita yang sama banyak dilaporkan di dalam media-media antarbangsa yang lain seperti di sini dan di sini.
3. Peristiwa pembunuhan ulama' yang disyaki didalangi oleh Wahhabi Irhabi ini sememangnya mengingatkan kita kepada banyak peristiwa berdarah umat Islam yang dilakukan oleh golongan Khawarij amnya dan Wahhabi khususnya (Rujuk Sejarah Kebangkitan Wahhabi di dalam Inwan al-Majd dan Tarikh Najd). Begitu ramai ulama' yang terkorban di tangan Wahhabi Irhabi. Allahu al-Musta'an.
4. Negara-negara balkan sedang cuba bangkit dalam kewangan Islam seperti Kazakhstan sendiri telah menubuhkan Kaz Haj yang menyerupai model Tabung Haji dengan bantuan Amanah Raya Berhad (Malaysia) dan Tatarstan bercadang untuk mengintai peluang penerbitan sukuk dengan Amanah Raya Berhad (Malaysia).
5. Negara-negara Balkan sememangnya pernah menjadi pusat ilmu Islam sehingga digambarkan ketinggian ilmu di Bukhara menyamai perbincangan ilmu di Baghdad.
6. Semoga negara-negara Islam Balkan kembali bangkit dan semoga Allah menjauhkan mereka daripada fahaman-fahaman menyeleweng seperti Wahhabi, Syiah, Islam Liberal, Hizb al-Tahrir, dan lain-lain. Amin Ya Rabbal Alamin.

Ulama Sufi  (Madzab Hanafi) Terkemuka di Rusia Tewas Akibat Bom Bunuh Diri

Moskow Bom bunuh diri yang dibawa seorang perempuan, menewaskan seorang ulama Sufi terkemuka, Said Atsayev (74), di wilayah Dagestan, Rusia Selatan. Atas aksi brutal tersebut, Presiden Vladimir Putin menyerukan penghentian kekerasan agama.Seperti diberitakan Reuters, Selasa (28/8/2012), berdasarkan keterangan kepolisian setempat, aksi bom bunuh diri itu diduga dilakukan seorang perempuan. Pelaku memasuki kediaman sang ulama dengan berpura-pura menjadi peziarah dan meledakan bom dengan menarik sabuk yang melingkari pinggangnya.
Sebagai seorang pemuka agama terkemuka, Atsayev sangat begitu dikenal banyak kalangan di Dagastan. Begitu pula di pemerintahan, ulama ini namanya begitu populer.
Ribuan orang terus berdatangan ke prosesi pemakaman sang ulama di Dagestan sejak Selasa malam. Pemerintah daerah setempat mengumumkan hari berkabung atas insiden berdarah tersebut.
Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengecam aksi bom bunuh diri yang menewaskan Atsayev. "Kami tidak akan membiarkan siapa pun merobek negara kita dengan memanfaatkan perbedaan etnis dan agama," tegas Putin.
"Teroris, bandit, apapun ideologi yang mereka gunakan, hanya untuk satu tujuan, menabur kebencian dan ketakutan," tegasnya lagi.
(ahy/ahy)

KISAH ASY-SYAHID SYEIKH NIZAR (ASWJ) DIBUNUH WAHHABI

ULAMA AHLI SUNNAH WAL JAMA'AH BERNAMA SYEIKH NIZAR AL-HALABY MATI SYAHID DIBUNUH DENGAN KEJAM OLEH TOKOH WAHHABI
SYEIKH NIZAR HALABI MATI SYAHID DIBUNUH OLEH WAHHABI DAN WAHHABI MENGHALALKAN SEGALA PERBUATAN ZALIM TERUTAMA KE ATAS UMAT ISLAM DENGAN CARA MEMBUNUH

Lihat darah Syeikh Nizar masih mengalir menandakan beliau mati Syahid suci.
Sejak kebangkitan agama jahat: agama Wahhabi memang terkenal dengan radikal mereka membunuh ulama Islam. Al-Qodhi Zawawi mufti di tanah hijaz ketika kebangkitan agama Wahhabi mati dibunuh oleh Wahhabi. Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab saudara kepada pengasas agama Wahhabi iaitu Muhammad bin Abdul Wahhab pernah dicuba bunuh oleh saudaranya sendiri (muhammad b abd wahhab) dengan cara mengupah orang lain untuk membunuh beliau. Ratusan ulama dibunuh oleh Wahhabi dan ratusan ribu umat Islam awam dibunuh oleh Wahhabi. Yang amat menyedihkan adalah pembunuhnya adalah dari tokoh-tokoh agama Wahhabi bukan hanya pengikut mereka yang jahil murakkab.
Syeikh Nizar Al-Halaby seorang tokoh ulama Ahli Sunnah Wal Jama'ah dan merupakan ketua Persatuan Islam di Lubnan tidak terlepas mati dibunuh dengan kejam oleh tokoh-tokoh Wahhabi. Beliau (Syeikh Nizar) juga merupaka ulama yang bersikap baik terhadap orang-orang Islam dan berhikmah dalam berdakwah. Walaupun beliau tidak pernah menjentik ataupun memukul Wahhabi beliau tetap dibunuh dengan kejam oleh Wahhabi. Dan sesudah kematian beliau keluarga beliau dan pendokong dibawah Persatuan yang diketua oleh beliau ketik itu tidak pula membalas pembunuh kejam Wahhabi itu walaupun dengan ludahan benci. Mereka yang bersama beliau tidak bertindak radikal terhadap Wahhabi walaupun Wahhabi turut menembak anak kepada Syeikh Nizar Al-Halabi Rahimahullah. Demikian Persatuan tersebut iaitu Persatuan Perusahaan Kebajikan Islamiah Lubnan (JAM'IYYAH AL-MASYARI' KHOIRIYA AL-ISLAMIYYAH) terkenal dengan pertubuhan Ahli Sunnah Wal Jamaah Al-Asya'irah Al-Maturidiyyah diiktiraf sebagai persatuan keadilan dan kemurnian dalam segelap tindakan.
Pada pagi Khamis itu 31.Ogos. 1995/ 6. Rabiul Akhir tahun 1416H Syeikh Nizar bersama anak beliau dan pemandu kereta beliau masuk ke dalam kereta untuk menghantar Syeikh Nizar ke Pejabat Persatuan Islam di Lubnan. Sebelum mereka menggerakkan kereta sebuah kereta lain jenis Marcedes warna putih tiba-tiba datang bersama sebuah motosikal lantas turun dari kereta putih mereka dan terus menembak ke atas Syeikh Nizar dengan jarak yang amat dekat berkali-kali. Lihat! Wahhabi menembak ulama Islam berkali-kali kerana benci dengan Islam.
TOKOH WAHHABI YANG MEMBUNUH SYEIKH NIZAR HALABI. PEMBUNUH DI BAWAH MENGAKUI MEREKA BERFAHAMAN WAHHABI DALAM RAKAMAN TV BEIRUT



Beberapa hari selepas Wahhabi-wahhabi itu membunuh ulama Islam Syeikh Nizar mereka telah ditangkap oleh polis dan pihak keselamatan negara dan ternyata mereka yang membunuh itu mengakui mereka memang berfahaman Wahhabi Ibnu Taimiah dan Mujassimah. Mereka yang melakukan pembunuhan terhadap Syeikh Nizar adalah pembesar Wahhabi yang dibayar oleh ketua atasan mereka untuk membeli senjata. Mereka yang membunuh adalah bernama:1- Munir Solah 'Abboud,
2- Ahmad Qasam,
3- Wasim Muhammad Abdul Nasir,
4- Rabie' Muhammad Nab'ah,
5- Muhammad Hamid (Abou Ubaida).
TOKOH WAHHABI & PEMBUNUH SYEIKH NIZAR BERNAMA MUNIR




- Berkata Munir 'Abboud
(Tokoh Wahhabi&Pembunuh) : "
Startegi pembunuhan tersebut kami lakukan secara berpakat bersama sahabat kami untuk melakukan pembunuhan itu pada jam 8.30pagi dan kami menunggu (pembunuh memaki dengan kata yang termat kesat) Nizar Halabi, kami bertolak mengunakan kereta Marcedes putih dan apabila kami melihat (pembunuh memaki lagi seperti Wahhabi memaki Nabi) Nizar Halabi turun dari rumahnya menggunakan lif dan kemudian dia masuk dalam keretanya maka terus kami menembak dia (Syeikh Nizar) dan kami telah membunuhnya. Yang menembak kepada Syeikh Nizar adalah saya dan saudara saya bernama Umar. Saya bernama Abdullah. Saya bernama Munir Solah 'Abboud. Saudara saya Umar Asy-SYamiy juga membawa kereta dan kemudian turun dari kereta lantas menembak Nizar Halabi si B*b*.
Aku tidak akan kesal sama sekali dan aku mahu hidup".

Ulasan:
Lihat bagaimana pembunuh kejam ini memaki hamun dengan perkataan yang amat kesat seperti B*B* dan carutan yang lain ke atas ulama Islam yang telah dibunuhnya dengan bangga. Dia (pembunuh) menghalalkan hukum membunuh orang Islam tanpa sebarang syarat.
Betapa kejamnya seluruh pengikut dan tokoh Wahhabi ke atas ulama Islam.

TOKOH WAHHABI & PEMBUNUH SYEIKH NIZAR BERNAMA AHMAD QOSAM




- Berkata Ahmad Qasam (Tokoh WahhabiPembunuh):
" Kami berdua menembak Syiekh Nizar".

WAHHABI & PEMBUNUH BERNAMA RABIE'



- Berkata Rabie' Muhammad Nab'ah (Wahhabi&Pembunuh):
" Aku bersama saudaraku atas motor, tugas kami adalah menjaga dua orang sahabat kami yang menembak Nizar Halaby juga memastikan pembunuhan kami berjalan lancar. Bersama aku senjata api".

WAHHABI & PEMBUNUH BERNAMA WASIM




- Wasim (Wahhabi&Pembunuh):
" Aku juga ketika itu mempunyai senjata api. Tugas aku adalah menjaga pembunuh. Kami semua bangga sangat kerana dapat membunuh dan kami menghukum semua Ahli Sunnah Wal Jama'ah sebagai Murtad halal darah".

WAHHABI & PEMBUNUH BERNAMA ABOU UBAIDA





- Abou 'Ubaida (Wahhabi Pembunuh&Drebar):
" Saya tinggal di Beirut, Musaibe. Tugas aku adalah membawa kereta. Kami telah terlatih membunuh orang Islam sejak zaman perang dahulu lagi. Aku berharap sangat dapat menembak Nizar Halabi".

Ulasan:
Lihat bagaimana kekejaman Wahhabi terhadap ulama Islam dengan membunuh ulama Islam yang tidak bertindak ke atas mereka pun. Paling menyedihkan Wahhabi membiarkan orang Yahudi membunuh umat Islam waktu yang sama Wahhabi pula membunuh ulama Islam di negara lain. Wahhabi-wahhabi pembunuh tadi amat bergembira membunuh ulama Islam kerana inilah agama Wahhabi. Mereka tadi mengakui semua Wahhabi akan bertindak membunuh ulama Islam jika tidak menyokong Yahudi.Inilah kekejaman Wahhabi dan bukti keadilan ulama Islam Ahli Sunnah Wal Jamaa'ah seperti Syeikh Abdullah Al-Harari, Syeikh Nizar Halabi, Syeikh Abdullah Al-Ghumary dan selainnya.

KENANGAN SYEIKH NIZAR HALABI BERSAMA MUFTI DAGHISTAN YANG TURUT DIBUNUH OLEH WAHHABI




Nantikan paparan bagaiman Wahhabi dengan kejam membunuh Mufti Daghistan yang berfahaman Ahli Sunnah Wal Jama'ah.

Ku tinggalkan sementara kepada pembaca dengan video ini:



Syeikh Nizar Al-Halaby pernah berkata kepadaku dan semua:
"Aku tidak peduli sekiranya aku mati dibunuh kerana matiku dalam Islam dan jihad. Dibunuh akan seorang pejuang Islam itu adalah satu Sunnatullah bagi pendakwah kepada agama Ilah".

Disusun oleh: Abu Syafiq (012-2850578)

Sumber: http://goo.gl/Lu13R



RSSFWD - From RSS to Inbox
3600 O'Donnell Street, Suite 200, Baltimore, MD 21224. (410) 230-0061
WhatCounts

0 komentar:

Posting Komentar

buaya maya